Breaking News
Loading...
Jumat, 26 Agustus 2016

Info Post
1. Thylacine.

“Thylacine” yang lebih dikenal sebagai harimau Tasmania. Satwa asli Australia ini, diburu karena menjadi ancaman bagi ternak dan resmi dinyatakan punah pada tahun 1936.

Thylacine

Namun banyak Laporan penampakan yang terjadi baik di daratan Australia maupun papua. Beberapa orang mengklaim melihat harimau tasmania di Tasmania, bagian lain Australia dan bahkan di Irian Jaya, Indonesia, didekat perbatasan dengan pulau Papua. The Australian Rare Fauna Research Association melaporkan mendapat 3.800 laporan penglihatan pada data dari tanah utama Australia sejak kepunahan tahun 1936, sementara Mystery Animal Research Centre of Australia menerima 138 laporan penglihatan setelah tahun 1998, dan Departemen Konservasi dan Pengelolaan Tanah menerima 65 laporan penglihatan di Australia Barat selama periode yang sama. Peneliti harimau tasmania Buck dan Joan Emburg dari Tasmania melaporkan 360 penampakan di Tasmania dan 269 penampakan di daratan Australia pada abad ke-20 setelah kepunahan, figur mengikuti dari jumlah sumber. Di tanah utama Australia, penglihatan paling sering terlihat di Victoria selatan.

2. Ikan “Coelacanth”.

Coelacanth artinya "duri yang berongga", dari perkataan Yunani coeliac (berongga). adalah nama ordo (bangsa) ikan yang antara lain terdiri dari sebuah cabang evolusi tertua yang masih hidup dari ikan berahang. Coelacanth diperkirakan sudah punah sejak akhir masa Cretaceous 65 juta tahun yang lalu, sampai sebuah spesimen ditemukan di timur Afrika Selatan, di perairan sungai Chalumna tahun 1938.
indonesia_coelacanth
Sejak itu Coelacanth telah ditemukan di Komoro, perairan pulau Manado Tua di Sulawesi, Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar dan taman laut St. Lucia di Afrika Selatan. Di Indonesia, khususnya di sekitar Manado, Sulawesi Utara, spesies ini oleh masyarakat lokal dinamai ikan raja laut.

3. Honshu Wolf.
Honshu Wolf

Serigala Honshū, dikenal dalam bahasa Jepang sebagai Serigala Jepang), adalah subspesies serigala di Jepang yang telah punah. Serigala ini menghuni pulau Honshū, Shikoku dan Kyūshū. Serigala Honshū diduga punah akibat penyakit rabies dan pemusnahan oleh manusia. Spesimen terakhir serigala ini meninggal pada tahun 1905 di prefektur Nara. Beberapa penampakan serigala Jepang telah dilaporkan, namun kebenarannya tidak dapat dipastikan

4. Megalodon.

Megalodon adalah spesies ikan hiu purba raksasa yang hidup sekitar 20 hingga 1,2 juta tahun lalu (miosin tengah - pliosin akhir). Hiu ini berukuran lebih besar dari seekor paus bungkuk. Namanya sendiri berarti "gigi yang besar". Hewan ini kemungkinan termasuk jenis hiu perairan dalam yang jarang naik ke permukaan kecuali untuk mencari mangsa.


Isu yang tersebar, meski hiu ini belum pernah ditemukan dalam keadaan hidup, banyak di antara kalangan ilmuwan berpendapat bahwa hiu ini masih hidup, dan termasuk fosil hidup. Keturunan dekat hiu ini adalah hiu putih Charcharodon charcarichas. ia adalah Raja lautan pada zaman purba. Diperkirakan megalodon bisa tumbuh dari 15 - 20,3 meter dengan berat 80-100 ton jauh lebih besar daripada hiu paus, Rhinocodon typus. Mangsa favorit megalodon adalah mamalia sperti Paus (termasuk paus sperma, paus balin, paus bungkuk), dugong, dan paus kecil, seperti Cethotherium.

5. Megatherium. 
Megatherium_americanum

Megatherium adalah binatang besar yang bergerak lambat, mamalia yang hidup pada zaman Pleistosen di Amerika Selatan. Ia punah sekitar 11.000 tahun lalu. Mamalia zaman es ini adalah yang terbesar dari sloths tanah, Nama Megatherium yang berarti "binatang besar." Megatherium dinamai oleh paleontolog Richard Owen tahun 1856, fosil Megatherium pertama ditemukan di Brasil pada tahun 1789.

6. Mokele-Mbembe.

Mokèlé-mbèmbé yang berarti "sesuatu yang menahan aliran sungai" dalam Bahasa Lingala, adalah nama yang diberikan untuk sejenis Makhluk Kriptid yang mendiami sungai, yang ditemukan dalam cerita rakyat dan legenda rakyat yang tinggal di Lembah Sungai Kongo. Adapula yang menggambarkannya sebagai mahkluk hidup dan arwah. Mokèlé-mbèmbé diumpamakan seperti Monster Loch Ness dalam pandangan orang Barat. 


Mokele-Mbembe

Banyak ekspedisi telah dilakukan guna mencari bukti keberadaan Mokele-mbembe, walau tak sedikitpun berhasil. Pembahasan Mokèlé-mbèmbé dituangkan dalam banyak buku dan film-film dokumenter serta muncul pula dalam banyak karya fiksi dan budaya pop.

Berdasarkan tradisi rakyat di lembah Sungai Kongo, Mokele-mbembe diketahui sebagai mahkluk pemakan tanaman dengan ukuran sebesar gajah atau kuda nil. Ia tinggal di Sungai Kongo dan wilayah rawa-rawa di sekitarnya, dan menyukai tempat yang dalam, pada cerita rakyat lokal menceritakan bahwa tempat berburu kesukaannya adalah kelokan sungai.

Deskripsi Mokèlé-mbèmbé sangat banyak. Beberapa legenda menyebutkannya memiliki tubuh seperti gajah dengan leher panjang, ekor dan kepala kecil, berwarna coklat abu-abu, sebuah deskripsi yang dianggap menyerupai hewan Sauropoda yang telah punah, Sementara yang lain menggambarkannya menyerupai gajah, badak, dan hewan-hewan awam lain. Masyarakat dari desa Boha, lebih menganggapnya sebagai mahkluk tak berwujud daripada mahkluk hidup.

7. Ivory-Billed Woodpecker.

Pelatuk paruh-gading (Campephilus principalis) adalah salah satu spesies dari familia Burung pelatuk, Picidae. binatang ini secara resmi didaftarkan sebagai spesies terancam, namun pada akhir abad ke-20 telah ditetapkan secara luas sebagai spesies yang telah punah. 


ivory_billed_woodpecker
Sebuah laporan menyatakan ditemukannya spesies jantan di Arkansas pada tahun 2004 dan 2005 dilaporkan oleh sebuah regu dari Laboratorium Ornitologi Cornell pada April 2005 (Fitzpatrick et al., 2005). Jika benar, hal ini akan menjadikan Pelatuk paruh gading menjadi sebuah spesies lazarus, suatu spesies hidup yang ditemukan kembali setelah ditetapkan punah selama beberapa waktu.

8. Harimau Jawa.

Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) adalah subspesies harimau yang hidup terbatas (endemik) di Pulau Jawa. Harimau ini telah dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis.

Harimau Jawa
Pada awal abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa. Pada tahun 1940-an, harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Ada usaha-usaha untuk menyelamatkan harimau ini dengan membuka beberapa taman nasional. Namun, ukuran taman ini terlalu kecil dan mangsa harimau terlalu sedikit. Pada tahun 1950-an, ketika populasi harimau jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini kian menyusut. Pada tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri.

Sesekali, laporan tidak resmi dari harimau jawa masih muncul dari penggemar yang percaya harimau masih ada di Jawa.

Pada November 2008, sebuah jasad wanita tak dikenal dari pendaki gunung ditemukan di Taman Nasional Gunung Merbabu, Jawa Tengah, yang diduga meninggal karena serangan harimau. Penduduk desa yang menemukan tubuhnya juga mengklaim beberapa penampakan harimau di sekitarnya.

Dugaan penampakan lain terjadi di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, pada bulan Januari 2009. Beberapa warga mengaku telah melihat harimau betina dengan dua anaknya berkeliaran di dekat sebuah desa yang berdekatan dengan Gunung Lawu. Berita ini memicu kepanikan massal. Pemerintah setempat menemukan beberapa jejak segar di lokasi. Namun, pada saat itu, hewan-hewan yang dimaksud sudah lenyap. 

2 komentar:

  1. makasih infonya sangat menarik, dan jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2RpidHn

    BalasHapus
  2. PokerVita Situs Judi Online Terpercaya Memberikan Kemudahan Dalam Bertransaksi Dengan Mudah 24 Jam. Kini Pokervita Juga Menyediakan Deposit Via OVO & Go-Pay loh .. .

    Minimal Deposit 10.000
    Minimal Withdraw 25.000

    Bonus Terbaru Menjelang Puasa

    Info Lebih Lanjut Hubungi :

    WA: 0812-2222-996

    www. pokervita .vip

    BalasHapus