Breaking News
Loading...
Selasa, 16 Agustus 2016

Info Post
Sisa-sisa istana abad ke-enam yang mengesankan telah digali di Tintagel di Cornwall, Inggris. Mitos mengatakan Kastil Tintagel di Cornwall adalah tempat lahir Raja Arthur. Itu mitosnya, yang membuat Raja Arthur sebagai legenda tapi sebenarnya pada Masa Kegelapan, pulau ini merupakan pusat kekuasaan.

king Arthur
Dari aspek romantisme, hanya beberapa kastil saja yang bisa bersaing dengan Tintagel, yang terletak di pantai Cornwall, Inggris barat daya. Ketika kastil dibangun pada Abad ke-13, tanjung –yang terlihat di sini jika Anda datang dari jalan setapak sebelah selatan- punya jembatan alami yang lebih besar untuk menghubungkan ke daratan utama.

Namun sejalan dengan waktu, semakin banyak bebatuan yang berguguran ke laut. Sekarang hanya bisa dicapai lewat jembatan buatan dan dari jauh terlihat sebagai pulau liar yang terabaikan.

Berbeda dengan dulu. Pada Abad kelima atau keenam, pulau ini tampaknya menjadi salah satu pusat kekuasaan di Inggris. Hipotesis itu akan diuji oleh penggalian arkeologis pada musim panas 2016.

“Mungkin merupakan lokasi yang paling penting di Inggris bagian barat pada masa itu. Yang terjadi di sana amat berbeda dengan di wilayah lainnya,” kata Susan Greaney, Kepala Bagian Properti dari English Heritage, badan yang melindungi dan mempromosikan warisan budaya Inggris.


Tentu saja para wisatawan datang ke Tintagel bukan karena perannya dalam sejarah masa lalu itu tapi karena sebagian besar mau ‘mencari’ Raja Arthur.

Mitosnya adalah Tintagel merupakan tempat ketika Raja Arthur berada di kandungan, kalaupun bukan tempat lahirnya. Dan keterkaitan Tintagel dengan Raja Arthur antara lain tercermin dengan tempat-tempat di kawasan kastil.

Pantai pasir di sebelah kanan foto, misalnya, diberi nama Teluk Merlin, yang merupakan nama penasihat dan tukang sihir dalam legenda Raja Arthur. Teluk ini menjadi lokasi yang paling banyak dikunjungi di Cornwall, dengan jumlah pengunjung sekitar 200.000 orang setiap tahunnya.

“Anda mendapatkan kombinasi mitos sejarah raja Inggris dan pemandangan dramatis. Itu menjadi tujuan dari setiap orang yang cenderung romantis,” kata Inga Bryden, guru besar sejarah budaya dari Universitas Winchester yang menulis buku Reinventing King Arthur.

Keterkaitan Tintagel dengan Raja Arthur berawal dari tulisan Geoffrey of Monmouth tahun 1138 berjudul The History of Kings of Britain atau Sejarah Raja-raja Inggris, yang menggambarkan tanjung ini sebagai lokasi tempat dikandungnya Raja Arthur. Walau judulnya berkesan akademis, karya Geoffrey adalah fiksi, yang pada masa sekarang dipertimbangkan sebagai kronologi mitos dan bukan sejarah.

Namun pada masanya, Raja Arthur dianggap sebagai nenek moyang raja-raja yang nyata dan buku tersebut menarik perhatian tentang legendanya maupun tentang Tintagel.

Tahun 1230-an, Richard atau Earl of Cornwall, dan saudara Raja Henry III, membangun kastil di tanjung ini yang kemudian diperbesar dan diperbaiki Pangeran Edward sekitar 115 tahun kemudian. Richard menggunakan lokasi ini untuk lebih memoles citranya dibanding sebagai strategi militer.

“Tampaknya dia membangun kastil di sana, utamanya, karena secara tradisi merupakan kursi raja-raja Cornish, atau kursi kekuasaan Cornish,” kata Greaney.

“Jadi dia membuat pernyataan tentang kedatangannya dan menjadi penguasa Cornish, yang terkenal suka memberontak dan tidak sepenuhnya dikendalikan oleh kerajaan pada masa itu.” Tapi tidak berarti kastil itu tidak berfungsi.


Pada masanya, kisah tentang Tristan dan Isolde sama terkenalnya dengan Raja Arthur. Dan catatan tertulis pertama tentang hikayat itu, pada Abad ke-12, menempatkan seluruh kisahnya di Tintagel. Beberapa unsur yang dibangun –termasuk terowongan yang terlihat di sini- bisa djelaskan dengan pemikiran Richard terinsipirasi oleh legenda yang romantis.

Para ahli sejarah berpendapat tidak ada alasan praktis di balik pembangunan terowongan Tintagel –yang memang alami namun sengaja diperluas dengan pahatan manusia- kecuali bahwa ketika para kekasih fiktif melarikan diri ke alam liar, maka mereka tidur di gua yang mirip seperti terowongan.

“Sepertinya dia membangun sebuah lanskap sastrawi di sana, yang mencerminkan kisah-kisahnya,” jelas Greaney.

Karena Richard juga punya simpanan orang dari Cornwall, terowongan bisa jadi merupakan tempat dia bersembunyi bersama simpanan itu -sebuah kisah romantis yang populer pada masanya.

Pada akhir Abad ke-18 dan ke-19, bepergian menjadi lebih mudah dan kekaguman era pemerintah Ratu Victoria pada peradaban dan Abad Pertengahan meningkat sehingga para pengunjung berdatangan ke Tintagel, yang dalam foto ini diambil dari sisi utara.

Para pengunjung antara lain termasuk penyair dan pelukis romantis seperti Alfred atau Lord Tennyson, yang menggunakan Tintagel dalam karyanya Idylls of King, yang diterbitkan sebagai seri dari tahun 1859 hingga 1885. Gelombang para pengunjung ini juga menjadi alasan bagi English Heritage –badan yang mengelola situs Tintagel- mengumumkan beberapa pembangunan di sana.


Salah satu pembangunan baru adalah jembatan yang akan menggantikan jembatan yang terlihat dalam gambar ini. Pada masa Richard, tanah genting yang pada Abad kelima dan keenam bisa digunakan orang untuk menyeberang sudah terkikis sehingga kastil harus membuat jembatan baru untuk menyeberang. Jembatan yang ada saat ini adalah yang dibangun pada tahun 1970-an di bawah lereng, sehingga perlu tangga curam untuk bisa mencapainya.

Dengan rancangan yang ramping dan nyaman, jembatan baru rencananya akan selesai tahun 2019 dan akan membuat pulau Tintagel lebih mudah dicapai. “Banyak orang yang tidak bisa melintas jurang tersebut, khususnya lanjut usia. Banyak warga setempat, contohnya, yang tidak pernah berkunjung ke sana karena mereka tidak bisa mendaki tangga curamnya,” kata Win Scutt dari English Heritage.


“Jembatan itu juga akan menyatukan daratan utama dengan kawasan pulau, dan keduanya pada Abad Pertengahan dulu memang terhubung,” tambahnya.

Salah satu perubahan yang kontroversial adalah perunggu kepala suku Cornish di Pulau Tintagel karya seniman setempat, Rubin Eynon. Dengan tinggi 2,5 meter yang tampak menjaga pulau, patung ini disebut Galos, yang dalam bahasa Cornish berarti ‘kekuatan’. Walau secara resmi tidak diidentifikasi sebagai Raja Arthur, pengunjung suka membanding-bandingkannya sendiri.

Pertanyaannya tentang seberapa banyak sebenarnya Raja Arthur harus ditekankan di Tintagel menjadi inti dari kontroversi Disneyfication, yang merujuk pada produk Disney yang cenderung dikaitkan ke banyak hal.

Masih tetap belum jelas apakah Raja Arthur memang seorang tokoh sejarah atau tidak namun jika kita mencari pemimpin militer di Inggris, maka nama Arthur pertama kali akan tampil dalam sebuah puisi Wales yang digubah sekitar tahun 600. Dan yang lebih membingungkan lagi, rujukan itu tidak menyebut Arthur sebagai pangeran. Beberapa akademisi berpendapat jika memang Arthur itu ada, mungkin dia adalah seorang jenderal tentara Romawi.

Jadi, seperti ditulis David Matthews dalam bukunya Medievalism: A Critical History, ‘cukup aman’ untuk mengatakan Arthur dikandung di Tintagel, dan bukan lahir di situ, bukan wafat di situ dan tidak pernah memerintah Inggris yang bersatu.

“Sebagai reruntuhan kastil –yang tidak ada hubungannya dengan Arthur- Tintagel hanyalah sebuah lokasi tanpa peristiwa dan tanpa sesuatu untuk dilihat pula,” tulis Matthews.

Namun fakta itu tampaknya tidak berdaya melawan legenda romantis yang beredar.

Kalaupun bukan rumah Raja Arthur, Tintagel tampaknya memiliki makna penting dalam periode Arthurian, yang juga disebut Masa Kegelapan Abad kelima hingga abad ketujuh (dikenal pula sebagai masa Awal Pertengahan setelah Romawi pergi).

Reruntuhan yang terlihat di gambar di atas mungkin tidak banyak terlihat namun merupakan salah satu tempat penggalian arkeologi pada tahun 1930-an yang menemukan ribuan potongan keramik dari Abad kelima hingga ketujuh, antara lain botol minyak dari Tunisia, gelas dari Bordeaux, dan kendi anggur dari Turki.

Tidak ada lokasi dari masa itu di kawasan Eropa barat laut yang memiliki impor keramik sebanyak di Tintagel.

“Kita menemukan keramik eksotis dari Mediterania di situs-situs lain namun di Tintagel jumlahnya amat banyak,” jelas Scutt. “Hal itu bisa menjelaskannya sebagai pusat kekuasaan tertentu; Namun kenapa? Kenapa kapal sampai berlayar ke sini? Apakah ada urusannya dengan perdagangan logam, perdagangan timah, misalnya? Atau logam lainnya? Atau pertanian?"

Salah satu hipotesis adalah situs ini merupakan benteng dari Kepala Suku Dumnonia –satu kerajaan Celtic yang mencakup Cornwall, Devon, Dorset, dan Somerset namun runtuh awal Abad kedelapan. Pada saat yang sama, begitulah pemikirannya, Tintagel juga diabaikan. Saat itulah keramik-keramik tersebut diabaikan dan belakangan ditemukan dalam jumlah besar.

Temuan arekologi atas 100 struktur terpisah –seperti reruntuhan segi empat di lereng selatan pulau yang terlihat dalam gambar - mungkin berasal dari periode yang sama. Namun tanpa teknologi radio karbon pada masa 1930-an dulu, tidak ada yang bisa memastikan masanya.


Mungkin kita semakin dekat untuk bisa memastikannya karena Scutt dan para arkeolog lain dari Unit Arkeologi Cornwall mulai melakukan ekskavasi di pulau ini pada Juli 2016.

Salah satu situs yang akan jadi lokasi penggalian arkeologi adalah yang terlihat di foto. “Ini akan menjadi studi ilmiah pertama dari struktur yang membingungkan itu. Merupakan ekskavasi pertama dalam waktu 20 tahun dan yang terbesar sejak tahun 1930-an,” jelas Scutt.

“Saya tidak yakin apakah kita akan bisa menjawab pertanyaan besarnya, namun kita semakin dekat,” tambahnya.

Source : bbc.com
              telegraph.co.uk

0 komentar:

Posting Komentar