Yesus Kristus mungkin salah satu orang paling terkenal yang pernah hidup. Tapi bagaimana kita tahu yang dia lakukan.
ASAtechinfo - Kebanyakan sejarawan teologis, Kristen dan non-Kristen, percaya bahwa Yesus benar-benar berjalan di bumi. Mereka menarik kesimpulan dari bukti tekstual dalam Alkitab, bermacam-macam peninggalan yang dipamerkan dari bukti fisik yang ada di gereja-gereja di seluruh Eropa.
Berikut ini adalah Beberapa bukti dari Yesus yang hingga kini masih diperdebatkan banyak ilmuwan, sejarawan mau pun orang – orang Kristen atau non-kristen. Tulisan ini bukan untuk menjadi bahan sengketa atau juga untuk merendahkan agama tertentu yang disinggung pada artikel ini. Semuanya dirangkum dari berbagai sumber.
1. Kain Kafan dari Turin.
Mungkin salah satu peninggalan agama yang paling terkenal di dunia adalah, Kain Kafan dari Turin. diyakini oleh banyak orang sebagai kain kafan Yesus. Kain linen selimut, yang menyandang gambar dari tubuh pria, telah disembah oleh jutaan peziarah di sebuah katedral di Turin, Italia. Tapi secara ilmiah, Kain Kafan dari Turin adalah palsu.
Radiokarbon dari kain kafan telah mengungkapkan bahwa hal itu tidak tepat dengan tanggal pada waktu Kristus hidup. Dalam sebuah dokumen yang ditulis pada tahun 1390, Uskup Pierre d'Arcis Perancis mengklaim gambar Yesus pada kain itu "licik dicat," fakta dibuktikan oleh seniman yang melukis itu."
Kain Kafan dari Torino (Sindone di Torino atau Sacra Sindone) adalah sepotong kain yang memiliki gambaran seorang pria yang tampak telah disiksa secara fisik yang konsisten dengan siksa penyaliban. Kain ini sekarang disimpan di kapel kerajaan di Katedral Santo Yohanes Pembaptis di kota Torino, Italia. Kain tersebut dipercaya oleh banyak orang sebagai kain kafan Yesus Kristus saat ia dimakamkan.
Gambaran pada kain kafan tersebut jauh lebih jelas dalam hitam-putih (foto negatif) dibandingkan dalam warna kecoklatan aslinya. Gambar negatif yang menyolok ini pertama kali dilihat pada malam hari tanggal 28 Mei 1898 di piringan fotografi terbalik milik fotografer amatir Secondo Pia yang diperbolehkan mengambil foto kain tersebut setika sedang dipamerkan di Katedral Turin. Menurut Pia, ia hampir menjatuhkan dan memecahkan piringan fotografi tersebut akibat keterkejutannya melihat gambaran seseorang di kain tersebut.
Kain kafan ini menjadi topik perdebatan sengit di antara para ilmuwan, rohaniwan, sejarawan, dan penulis mengenai di mana, kapan dan bagaimana kain kafan serta gambaran di atasnya tercipta. Dari pandangan rohani, pada tahun 1958 Paus Pius XII menyetujui gambaran kain kafan tersebut dalam hubungannya dengan ketaatan Katolik Roma atas Wajah Suci Yesus, yang dirayakan tiap tahunnya pada Hari Selasa Pengampunan Dosa (Inggris: Shrove Tuesday) atau Hari Selasa sebelum Hari Rabu Abu. Beberapa pihak percaya bahwa kain kafan ini merupakan kain yang menutupi Yesus ketika Ia diletakkan di dalam makamnya dan gambarannya tercetak pada serat-seratnya pada saat atau dekat saat Ia dipercaya bangkit dari mati. Pihak skeptis, di sisi lain, beranggapan bahwa kain kafan tersebut merupakan karya pemalsuan Abad Pertengahan, beberapa pihak lain menghubungkan terciptanya gambaran ini dengan reaksi-reaksi kimia atau proses-proses alamiah lainnya.
Berbagai pengujian telah dilakukan terhadap kain kafan ini, namun demikian perdebatan mengenai asal usulnya tetap berlangsung. Penanggalan radio-karbon pada tahun 1988 oleh tiga kelompok ilmuwan yang berdiri sendiri mengeluarkan hasil yang diterbitkan di dalam jurnal akademik Nature yang mengindikasikan bahwa kain kafan tersebut dibuat selama Abad Pertengahan, sekitar 1300 tahun setelah Yesus hidup atau beberapa orang lainnya. Walau demikian kontroversi penanggalan ini terus berlanjut.
Analisis lanjutan yang diterbitkan pada tahun 2005, misalnya, menyatakan bahwa contoh kain yang diambil oleh para kelompok penguji tadi untuk dihitung usianya diambil dari sebuah bagian kain kafan yang bukan merupakan bagian dari kain asli. Kain kafan ini juga rusak akibat kebakaran di akhir Abad Pertengahan yang mungkin bisa juga menambahkan material karbon pada kain tersebut, yang menyebabkan kadar radiokarbon yang lebih tinggi dan asal usul usia yang lebih belakangan. Analisis ini pun dipertanyakan oleh pihak skeptis seperti Joe Nickell yang berargumen bahwa kesimpulan tersebut dari penulis Raymond Rogers berasal dari "menganalisis dengan cara mulai dari kesimpulan yang diinginkan dan kemudian baru menelusuri kembali pada bukti-bukti yang ada". Mantan editor Jurnal 'Nature' Philip Ball telah mengatakan bahwa ide yang menyatakan Rogers mengarahkan penelitiannya pada suatu kesimpulan yang telah tercipta sebelumnya adalah "tidak adil" karena Rogers memiliki "sejarah karya-karya penelitian yang patut dihargai".
Gambaran pada kain kafan tersebut jauh lebih jelas dalam hitam-putih (foto negatif) dibandingkan dalam warna kecoklatan aslinya. Gambar negatif yang menyolok ini pertama kali dilihat pada malam hari tanggal 28 Mei 1898 di piringan fotografi terbalik milik fotografer amatir Secondo Pia yang diperbolehkan mengambil foto kain tersebut setika sedang dipamerkan di Katedral Turin. Menurut Pia, ia hampir menjatuhkan dan memecahkan piringan fotografi tersebut akibat keterkejutannya melihat gambaran seseorang di kain tersebut.
Kain kafan ini menjadi topik perdebatan sengit di antara para ilmuwan, rohaniwan, sejarawan, dan penulis mengenai di mana, kapan dan bagaimana kain kafan serta gambaran di atasnya tercipta. Dari pandangan rohani, pada tahun 1958 Paus Pius XII menyetujui gambaran kain kafan tersebut dalam hubungannya dengan ketaatan Katolik Roma atas Wajah Suci Yesus, yang dirayakan tiap tahunnya pada Hari Selasa Pengampunan Dosa (Inggris: Shrove Tuesday) atau Hari Selasa sebelum Hari Rabu Abu. Beberapa pihak percaya bahwa kain kafan ini merupakan kain yang menutupi Yesus ketika Ia diletakkan di dalam makamnya dan gambarannya tercetak pada serat-seratnya pada saat atau dekat saat Ia dipercaya bangkit dari mati. Pihak skeptis, di sisi lain, beranggapan bahwa kain kafan tersebut merupakan karya pemalsuan Abad Pertengahan, beberapa pihak lain menghubungkan terciptanya gambaran ini dengan reaksi-reaksi kimia atau proses-proses alamiah lainnya.
Berbagai pengujian telah dilakukan terhadap kain kafan ini, namun demikian perdebatan mengenai asal usulnya tetap berlangsung. Penanggalan radio-karbon pada tahun 1988 oleh tiga kelompok ilmuwan yang berdiri sendiri mengeluarkan hasil yang diterbitkan di dalam jurnal akademik Nature yang mengindikasikan bahwa kain kafan tersebut dibuat selama Abad Pertengahan, sekitar 1300 tahun setelah Yesus hidup atau beberapa orang lainnya. Walau demikian kontroversi penanggalan ini terus berlanjut.
Analisis lanjutan yang diterbitkan pada tahun 2005, misalnya, menyatakan bahwa contoh kain yang diambil oleh para kelompok penguji tadi untuk dihitung usianya diambil dari sebuah bagian kain kafan yang bukan merupakan bagian dari kain asli. Kain kafan ini juga rusak akibat kebakaran di akhir Abad Pertengahan yang mungkin bisa juga menambahkan material karbon pada kain tersebut, yang menyebabkan kadar radiokarbon yang lebih tinggi dan asal usul usia yang lebih belakangan. Analisis ini pun dipertanyakan oleh pihak skeptis seperti Joe Nickell yang berargumen bahwa kesimpulan tersebut dari penulis Raymond Rogers berasal dari "menganalisis dengan cara mulai dari kesimpulan yang diinginkan dan kemudian baru menelusuri kembali pada bukti-bukti yang ada". Mantan editor Jurnal 'Nature' Philip Ball telah mengatakan bahwa ide yang menyatakan Rogers mengarahkan penelitiannya pada suatu kesimpulan yang telah tercipta sebelumnya adalah "tidak adil" karena Rogers memiliki "sejarah karya-karya penelitian yang patut dihargai".
Namun begitu, penelitian tahun 2008 di Oxford Radiocarbon Accelerator Unit mungkin mengubah penanggalan tahun 1260-1390 yang sebelumnya diterima, yang menyebabkan direktur institusi ini Christopher Ramsey untuk mengundang komunitas ilmiah untuk melakukan penelitian baru atas keaslian kain kafan ini dengan perhitungan-perhitungan radiokarbon dan dengan semua bukti lainnya yang kita miliki mengenai kain kafan ini, terlihat adanya suatu konflik dalam interpretasi terhadap bukti-bukti yang berbeda" kata Gordan kepada BBC pada tahun 2008 setelah penelitian yang baru muncul. Walau tetap berpikiran terbuka, Christopher Ramsey menekankan bahwa ia akan sangat terkejut bila hasil pengujian tahun 1988 terbukti berbeda jauh dengan hasil pengujian yang baru ini, apalagi bila bedanya sampai "seribu tahun".
Hari ini, Gereja Katolik tidak resmi mendukung Kain Kafan dari Turin sebagai otentik, meskipun banyak orang beriman, termasuk Paus Benediktus, telah mengindikasikan bahwa mereka secara pribadi percaya pada kesucian nya.
2. Potongan Kayu dari Salib Yesus.
Dari penelitian Arkeolog asal Turki mengklaim telah menemukan peti batu yang memiliki fragmen dari salib yang digunakan untuk menyalib Yesus. Fragmen yang diklaim sebagai bagian dari salib Yesus tersebut ditemukan di sebuah peti batu yang terletak di Gereja Balatlar, Provinsi Sinop, Turki. Peneliti juga menemukan batu yang dipahat dengan gambar salib dalam ekskavasi itu.
"Kami telah menemukan benda suci dalam peti. Ini adalah bagian salib," kata pimpinan studi, Profesor Gulgun Koroglu, dari Mimar Sinan University of Fine Arts, Turki. "Peti batu ini sangat penting bagi kita. Peti ini punya sejarah dan artefak paling penting yang kita temukan selama ini," kata Koroglu
Koroglu mengatakan, dirinya telah melakukan penelitian di gereja yang telah dibangun sejak tahun 660 itu sejak 2009. Ia juga menemukan bekas pemandian Roma dan lebih dari 1.000 tulang belulang.
Menurut sejarawan seperti Socrates Scholasticus, Helena (AD 250 – c. AD 330), ibu dari Kaisar Konstantinus I, berkelana ke Tanah Suci(menurut sejarawan tahun 326-28), mendirikan gereja dan memberikan bantuan untuk orang miskin. Setelah itu, menurut sejarawan seperti Gelasius dari Kaisaria dan Eusebius dari Kaisaria
Hari ini, Gereja Katolik tidak resmi mendukung Kain Kafan dari Turin sebagai otentik, meskipun banyak orang beriman, termasuk Paus Benediktus, telah mengindikasikan bahwa mereka secara pribadi percaya pada kesucian nya.
2. Potongan Kayu dari Salib Yesus.
Dari penelitian Arkeolog asal Turki mengklaim telah menemukan peti batu yang memiliki fragmen dari salib yang digunakan untuk menyalib Yesus. Fragmen yang diklaim sebagai bagian dari salib Yesus tersebut ditemukan di sebuah peti batu yang terletak di Gereja Balatlar, Provinsi Sinop, Turki. Peneliti juga menemukan batu yang dipahat dengan gambar salib dalam ekskavasi itu.
"Kami telah menemukan benda suci dalam peti. Ini adalah bagian salib," kata pimpinan studi, Profesor Gulgun Koroglu, dari Mimar Sinan University of Fine Arts, Turki. "Peti batu ini sangat penting bagi kita. Peti ini punya sejarah dan artefak paling penting yang kita temukan selama ini," kata Koroglu
Relics-unearthed-in-Turkey-said-possibly-linked-to-Jesus |
Koroglu mengatakan, dirinya telah melakukan penelitian di gereja yang telah dibangun sejak tahun 660 itu sejak 2009. Ia juga menemukan bekas pemandian Roma dan lebih dari 1.000 tulang belulang.
Menurut sejarawan seperti Socrates Scholasticus, Helena (AD 250 – c. AD 330), ibu dari Kaisar Konstantinus I, berkelana ke Tanah Suci(menurut sejarawan tahun 326-28), mendirikan gereja dan memberikan bantuan untuk orang miskin. Setelah itu, menurut sejarawan seperti Gelasius dari Kaisaria dan Eusebius dari Kaisaria
Di masa lalu, Helena, Ibu Kaisar Konstantin, menemukan kayu salib itu lalu menyebarkan potongan ke pemimpin agama di Yerusalem, Roma, dan Konstantinopel (kini Turki). Pada abad ke-4, Santo Cycril dari Yerusalem mengatakan bahwa potongan kayu salib telah menyebar ke seluruh dunia.
Sementara Santo Cycril dari Nyssa mengatakan bahwa kayu itu menyimpan khasiat bagi semua orang walaupun berasal dari pohon yang tak berharga.
Pada abad ke-16, seorang teolog Protestan, John Calvin, dengan bercanda mengatakan bahwa jika potongan kayu itu dikumpulkan, ukurannya akan sangat besar untuk diangkut dengan kapal.
archeaologists believe that they have found a piece of the cross of jesus christ |
Peninggalan terkait Yesus bukan kali ini saja ditemukan. Sebelumnya, ada arkeolog yang mengklaim telah menemukan makam Yesus hingga injil yang mengindikasikan bahwa Yesus beristri.
Sampai sekarang, dua temuan tersebut belum bisa dikonfirmasi kebenarannya. Demikian juga dengan temuan fragmen salib di Turki ini. Fragmen salib yang ditemukan ini masih akan dipelajari.
Banyak gereja yang menyimpan sisa-sisa yang diyakini sebagai sisa Salib Sejati. Kebenarannya tidak diterima oleh semua tradisi Kristen dan keakuratan penemuannya dipertanyakan oleh beberapa orang Kristen.
3. Paku Salib
Seorang jurnalis Israel-Kanada percaya bahwa ia mungkin telah berhasil melacak dua paku besi yang digunakan untuk menyalibkan Yesus Kristus. Atau setidaknya, benda itu merupakan "peninggalan lama hilang".
Bersama timnya, dia tengah menyiapkan tayangan Secrets of Christianity untuk stasiun televisi History Channel. Host dan produser Simcha Jacobovici menemukan fakta yang mengejutkannya: Pada tahun 1990, arkeolog Israel menggali sebuah gua penguburan berusia 2.000 tahun dan menemukan dua paku yang dibuat oleh orang Romawi, tetapi menyembunyikan temuan itu.
Nail of cross |
Menurut Injil, Caiaphas atau Kayafas adalah imam besar Yahudi yang menyerahkan Yesus ke Roma untuk disalibkan. "Ada konsensus ilmiah umum bahwa makam dimana paku-paku yang ditemukan kemungkinan besar milik Kayafas pada waktu itu. Sekecil apapun, tapi menemukan di dalam kubur adalah sangat langka," kata Jacobovici di luar tembok batu yang tinggi di Kota Lama, di mana Yesus menghabiskan hari terakhirnya.
Ketika Jacobovici menemukan referensi singkat soal paku dalam laporan arkeolog resmi, ia mengaku, "Rahangku serasa turun," ia mengibaratkan.
"Ini akan menjadi seolah-olah 2.000 tahun dari sekarang, para arkeolog menemukan gua Muhammad Ali namun lupa menyebutkan sepasang sarung tangan tinju yang ditemukan di sana. Tak ada yang istimewa dari sebuah sarung tinju, tapi bila itu sarung tangan khusus yang memiliki arti penting khusus untuk petinju terkenal, akan beda artinya bukan?" katanya.
Dia sebelumnya pernah menanyakan pada Israel Antiquities Authority soal paku itu. "Saya diberitahu mereka telah hilang."
Kayafas, katanya, dikenal karena satu: pengadilan dan penyaliban Yesus. "Dia mungkin merasa terdorong untuk mengambil paku tersebut bersamanya ke kuburnya," kata Jacobovici.
Ada juga kepercayaan di antara beberapa orang Yahudi kuno bahwa paku dari salib yesus memiliki kekuatan penyembuhan dan "tiket ke alam baka".
Namun Gabriel Barkay, seorang profesor arkeologi di Bar-Ilan University, meragukan temuan itu. "Tidak ada bukti apapun bahwa mereka berasal dari makam Kayafas," katanya. "Itu dugaan semua."
Paku digunakan untuk "berbagai tujuan," kata Barkay, "dari memperbaiki gerbang besi untuk pintu kayu dan peti mati, selain untuk penyaliban."
Ronny Reich, arkeolog Universitas Haifa yang juga pernah meneliti Gua Kayafas, percaya gua itu "milik anggota keluarga Kayafas". Namun ia tak yakin dengan otentifikasi atau keaslian paku itu sebagai bagian dari kayu penyalib Yesus.
4. Penemuan 70 Kitab Kuno di Yordania Ungkap Awal Kekristenan.
Penemuan ke-70 kitab kuno yang ditulis di atas logam ini adalah salah satu penemuan yang sangat penting dan diyakini menjadi bukti historis awal mula Kekristenan. Para arkeolog dan ahli biblikal Inggris sedang menyelidiki keaslian 70 kitab yang berukuran mini tersebut. Ke-70 kitab kuno itu diyakini para ahli penanggalannya dari berasal dari abad pertama Masehi dan bisa menjadi kunci untuk menjawab akhir kehidupan Yesus.
Berdasarkan analisa awal metalurgi pada kitab itu dan analisa karbon terhadap sepotong kulit yang ditemukan bersama kitab itu menunjukkan kitab kuno itu telah berumur 2000 tahun. Menurut laporan reporter Daily Mail, Fiona Macrae, para ahli berpendapat bahwa penemuan ini adalah salah satu penemuan yang paling penting dalam arkeologi Kristen semenjak penemuan Gulungan Laut Mati pada tahun 1947.
codices |
Kitab kuno tersebut terbuat dari halaman-halaman yang masing-masing dijilid dengan cincin kawat. Ukuran kitabnya kira-kira seukuran kartu kredit. Masing-masing kitab berisi 5-15 pelat atau halaman. Halaman-halaman tersebut memuat sejumlah gambar dan teks Ibrani tentang Messias, dan juga beberapa referensi tentang penyaliban dan kebangkitan Yesus.
Beberapa kitab disegel sehingga memunculkan spekulasi bahwa kitab yang disegel itu hanya untuk diperlihatkan kepada Mesias yang disebut dalam kitab Wahyu. Salah satu teks yang diterjemahkan,”Aku akan berjalan dengan benar,” suatu frase yang juga muncul dalam Wahyu. Penulis BBC Robert Pigott mengatakan bahwa kalimat itu kemungkinan mengacu pada kebangkitan.
Naskah, tablet dan artefak lainnya, termasuk mangkuk dupa, juga ditemukan di situs yang sama seperti tablet di atas.
Tulisan yang terdapat dalam buku-buku kuno itu berisi teks Ibrani kuno dengan simbol Mesianis kuno, dicampur dengan beberapa bentuk kode, menurut sebuah berita yang telah rilis. Naskah kuno itu menunjukkan referensi penting seperti simbol Pesta Kemah Suci, dan menggambarkan menorah dan pohon palem berbuah.
Lead Codiec |
Ternyata seperti yang ditemukan dan diungkap para Bibliobloggers kitab metal itu palsu. Seorang Biblioblogger sekaligus seorang Professor bernama Jim Davila menemukan adanya kesalahan dalam teks Yunani yakni si pemalsu tidak bisa membedakan antara huruf alpha dan lambda. Teks Ibraninya juga tidak bermakna. Gambar wajah YESUS diambil dari mosaic yang sudah dikenal sebelumnya. Lalu ada sebuah email yang berasal dari David Elkington yang ditujukan buat Dr. Peter Thonemann seorang akademisi dari Oxford untuk menanyakan informasi teks Yunani pada kitab kuno itu. Elkington mengirim sebuah copy image dari kitab itu untuk diteliti dan jawaban Thonemann adalah bahwa temuan itu palsu. Thonemann menulis: “This particular bronze tablet is, therefore, a modern forgery, produced in Jordan within the last fifty years. I would stake my career on it.” Email itu lalu dipublikasikan via blog.
Bahkan script tertua yang ditulis oleh seseorang yang tidak tahu apa yang dia lakukan, analisis baru menunjukkan. "Ada inkonsistensi dalam cara mereka lakukan urutan stroke, yang Anda tidak akan pernah lihat. Ahli-ahli Taurat memiliki cara yang sangat spesifik dalam melakukan sesuatu," kata Caruso. Selain itu, beberapa karakter muncul "membalik" - kesalahan itu akan berarti mereka buru-buru disalin dari aslinya.
peninggalan Kristen palsu relatif umum, kata Bowes. . "Dorongan orang modern untuk menemukan bukti materi dari dua abad pertama kekristenan jauh lebih kuat dari bukti itu sendiri Hal ini karena jumlah orang Kristen dari periode ini sangat kecil - mungkin kurang dari 7.000 oleh 100 AD - dan karena mereka tidak membedakan diri secara materi dari saudara-saudara Yahudi mereka. "
Caruso secara teratur diminta untuk menganalisis barang antik. "Saya sudah benar-benar menemukan lebih banyak omong kosong atau palsu dari artefak yang sebenarnya, yang merupakan bagian yang menyedihkan," katanya.
5. Gulungan Laut Mati
Salah satu temuan arkeologis paling penting yang benar-benar tepat tanggal dengan waktu Yesus, mungkin atau mungkin tidak memberikan bukti keberadaannya, tergantung pada siapa Anda bertanya.
Gulungan Laut Mati ditemukan di sebelas gua-gua sepanjang
pesisir barat laut dari laut mati antara tahun 1947 dan 1956. Daerah 13
mil sebelah timur Yerusalem dan 1300 kaki di bawah permukaan laut. Teks-teks
kebanyakan terfragmentasi, diberi nomor sesuai dengan gua yang mereka datang.
dead-sea-scrolls-exhibit |
Sejauh ini, belum seorang pakar yang menyatakan batu itu
sebuah pemalsuan. Yuval Goren, profesor arkeologi di Universitas Tel Aviv,
mengumumkan penelitian kimiawi batu itu dihadapan rekan sejawatnya untuk
dinilai, memperkirakan batu itu asli.
Jika benar terbukti asli, batu itu mungkin akan makin
membuat terang situasi sejarah disekitar kebangkitan Yesus.
Apakah ada kepercayaan pada kalangan Yahudi di era Yesus
bahwa Mesias akan mati dan bangkit dari kematian tiga hari kemudian? Jika ya, bagaimana detil nubuatan ini bisa
berbeda dari ratusan nubuatan Yahudi lain yang berkaitan dengan Mesias?
Orang Kristen melihat pemenuhan nubuatan kuno oleh Yesus
sebagai bukti ke-mesias-anNya. (Lihat; “Apa benar Yesus itu Mesias?”) Namun
para kritikus berargumen bahwa pengharapan Yahudi akan Mesias yang akan mati
dan bangkit kembali mungkin memberi motif kepada Yesus dan para murid untuk
menciptakan cerita akan kematian dan kebangkitan-Nya.
the dead sea scrolls |
Dan kenyataannya, banyak para ahli non-Kristen berharap batu
itu pada akhirnya akan memperlihatkan bahwa kebangkitan Yesus adalah sebuah
kebohongan.
Israel Knohl, profesor studi Alkitab Universitas Yahudi di
Yerusalem, memimpin sebuah upaya untuk membuktikan Yesus adalah mesias palsu.
Knohl menafsirkan 80 baris teks sebagai nubuatan tentang Mesias yang menderita dan
akan bangkit dari kematian. Menurut Knohl, konsep kebangkitan Mesias hanyalah
pemikiran unik orang Kristen belaka.
Daniel Boyarin, profesor budaya Talmudic dari Universitas
California di Berkeley mengatakan,”Batu itu merupakan bagian dari bertambahnya
bukti yang menyebutkan untuk memahami Yesus melalui pembacaan teliti sejarah
Yahudi dimasa-Nya.
Beberapa fakta tentang Gulungan Naskah laut Mati :
- 1. Batu itu ditemukan 10 tahun lalu di Yordania.
- 2. Seorang warga Israel – Swiss menyimpannya
dirumahnya di Zurich setelah dia membelinya dari seorang pedagang barang antik.
- 3. Batu itu memiliki dua kolom huruf-huruf Ibrani
yang ditulis dengan tinta dalam 87 baris.
- 4. Para ahli menyatakan batu berasal dari abad
pertama sebelum Masehi, jadi beberapa puluh tahun sebelum Kristus lahir.
-
5. Dua orang ahli Israel mempublikasikan analisa
mereka terhadap batu itu setahun lalu.
- 6. Batu dalam kondisi patah dan pada beberapa kata
tintanya sudah kabur sehingga sukar dibaca.
- 7. Pesan itu dijuluki, “Wahyu Jibril”, dan
menunjukkan penulisan bergaya Perjanjian Lama dari nabi-nabi Israel; Daniel,
Zakaria, dan Hagai.
- 8. Baris ke 80 dimulai dengan kata, “Dalam tiga
hari…”, tapi kata yang sangat penting berikutnya sukar dibaca.
Meski Knohl percaya pesan itu bernilai sejarah penting, apa
yang disebutkan oleh pesan itu meragukan. Knohl berpendapat baris ke 80
sebaiknya dibaca,“Dalam tiga hari engkau akan hidup, Aku Jibril (Gabriel)
memerintahkanmu”. Dia percaya pesan itu
mungkin merujuk pada seorang pemberontak bernama “Simon” yang dibunuh oleh
pasukan Herodes.
Namun ahli bahasa Ibrani, Moshe Bar-Asher, menyatakan “Ada
satu masalah, pada tempat paling penting dari teks ternyata teksnya kurang.
Saya mengerti kecenderungan Knohl untuk menemukan adanya kunci pada periode
sebelum-Kristen, tapi pada dua sampai tiga baris penting ada banyak kata yang
hilang”.
Dengan kata lain, terjemahan kata Ibrani sangatlah sukar dan
agak subyektif. Dan subyektifitas adalah makanan para penggagas teori
konspirasi.
Sejarahwan Paul Johnson menulis “Sayangnya, para sejarahwan
jarang se-obyektif seperti yang mereka harapkan. Sejarah Alkitab dimana orang
Kristen, Yahudi dan ateis terlibat dalam keyakinan atau prasangka yang merasuk
sampai akar paling dalam keberadaan kita adalah area dimana secara khusus
obyektifitas sukar jika tidak mungkin dicapai”.
Kendati begitu, jika batu itu terbukti asli dan penafsiran
Knohl atas pesan itu benar, maka secara sejarah akan jadi penting. Tapi apakah
pesan di batu itu membuktikan dugaan dia bahwa cerita tentang kebangkitan Yesus
adalah tipuan?
Itu pasti merupakan perluasan. Faktanya, ada beberapa kesukaran
besar atas teori itu, yaitu:
Rincian mengenai garis keturunan Yesus, kehidupan, kematian,
penguburan dan kebangkitan ada diratusan nubuatan Perjanjian Lama. Bagaimana
pemenuhan semua nubuatan itu melalui konspirasi?
Bagaimanan Yesus bisa merencanakan kematian dan
kebangkitan-Nya sendiri dihadapan para musuh-Nya, Romawi dan Yahudi? Berkaitan
dengan bukti-bukti yang menentang kebangkitan Yesus, secara aneh mereka
terdiam. Kenapa?
(Lihat; “Apa Benar
Yesus Bangkit dari Kematian?”)
Kenapa para musuh Yesus di abad pertama mengutip pesan
seorang Mesias yang akan mati dan bangkit lagi, sebagai bukti menentang
kebangkitan-Nya?
Jika orang Yahudi abad pertama mengharapkan seorang Mesias
yang mati dan bangkit lagi, kenapa sejarahwan Yahudi seperti Josephus tidak
memasukkan fakta historis ini dalam tulisan-tulisan mereka?
Mengapa para murid Yesus bersedia mengorbankan hidup mereka
demi kebohongan jika Yesus tidak benar-benar bangkit dari kematian? Apa untungnya bagi mereka dengan berbohong?
Hal-hal ini dan pertanyaan-pertanyaan lain akan jadi topik
sejumlah perdebatan ketika pesan di batu itu dianalisa dan diartikan oleh para
ahli.
Akan membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai semua bukti
diperoleh dan dinilai sebelum nilai sejarah “Wahyu Jibril” benar-benar diketahui.
Dalam setiap peristiwa, kasus kebangkitan Yesus tetap jadi
target utama bagi mereka yang mencoba menentang keasliannya.
Seorang skeptis yang memulai investigasinya atas kebangkitan
Yesus, berencana membantah kebangkitan dengan menulis rinciannya dalam sebuah
buku. Kesimpulannya mengejutkan. Untuk melihat apa yang dia temukan, baca; “Apa
Benar Yesus Bangkit dari Kematian?”
6. Yesus Beristri.
Seorang profesor Harvard menggemparkan berita utama seluruh dunia tahun 2012 ketika dia menunjukkan sebuah potongan papyrus kecil yang mengindikasikan bahwa Yesus menikah. Artefak yang terlihat seperti sobekan halaman-halaman novel "The Da Vinci Code" ini sekarang nampaknya terlihat sama-sama fiksinya. Bukti baru yang ditemukan oleh majalah The Atlantic mengenai asal-usul papyrus itu memaksa sang profesor berbalik haluan dan mengakui bahwa itu kelihatannya merupakan pemalsuan abad modern.
Empat dari delapan baris tidak lengkap dari tulisan Koptik Mesir ini tertulis pada secarik papyrus kecil - hanya seukuran kartu nama - mencantumkam kata-kata "Yesus berkata kepada mereka, 'Istriku,' dilanjutkan dengan baris berikutnya 'dia dapat menjadi muridku.'" King menegaskan bahwa "Injil Istri Yesus" tidak dapat dianggap sebagai bukti bahwa Yesus pernah memiliki seorang istri - sama seperti tidak adanya bukti-bukti historis yang mendukung klaim bahwa Yesus tidak pernah menikah - namun dia yakin bahwa artefak itu otentik sesudah penelitian awal oleh dua orang ahli papyrologi mengindikasikan bahwa itu kuno.
Terjemahan teks papyrus itu berbunyi:
1) … bukan (kepada)ku, ibuku memberi aku hidup …
2) Murid-murid berkata kepada Yesus, "…
3) … menyangkal. Maria layak mendapatkannya … (atau, alternatifnya, Maria tidak layak mendapatkannya …)
4) … " Yesus berkata kepada mereka, "Istriku …
5) … dia dapat menjadi muridku …
6) Biarlah orang-orang fasik bertambah banyak …
7) Sedangkan aku, aku tinggal bersamanya dengan maksud untuk …
8) … rupa … "Maria"
di sini merujuk kepada Maria Magdalena, salah seorang pengikut Yesus. Pengumuman itu segera memicu kontroversi. Vatican menganggap papyrus itu merupakan pemalsuan abad modern. Beberapa rekan-rekan sarjana dari Profesor King meragukan otentisitasnya dan menunjukkan kesalahan-kesalahan gramatikal yang tidak pernah dilakukan orang-orang Koptik asli dan percaya tulisan papyrus itu disalin dari teks kuno lainnya, yakni Injil Thomas.
Namun tahun 2014, jurnal Harvard Theological Review mempublikasikan hasil penanggalan karbon dan tes-tes ilmiah lainnya tidak mendeteksi bukti pemalsuan. Tes-tes menunjukkan papyrus itu berasal dari abad ke-7 atau 8 M dan mengungkapkan komposisi tinta sesuai dengan periode zaman itu. Sebuah artikel yang ditulis oleh jurnalis Ariel Sabar yang ditayangkan pada majalah The Atlantic terbaru tanggal 15 Juni 2016, nampaknya, mengungkap bahwa papyrus ini hampir pasti merupakan pemalsuan.
Meskipun Profesor King mengkonfirmasi bahwa dia melihat surat nota jual beli tahun 1999 dari pemilik artefak, yang meminta namanya tidak dipublikasikan, King tidak melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai asal-usulnya. Sebaliknya jurnalis Ariel Sabar, melakukan penyelidikan mendalam terhadap pemiliknya - dan menemukan Walter Fritz, seorang Jerman yang tinggal di North Port, Florida - dan mengungkapkan "lorong-lorong rahasia dan kebohongan."
Meskipun pengetesan ilmiah menunjukkan potongan papyrus itu memiliki asal yang kuno, itu tidak berarti bebas dari campur tangan pemalsu abad modern. Artikel The Atlantic menjelaskan bahwa "seorang pemalsu profesional dapat memperoleh potongan papyrus kosong abad pertama (mungkin di situs eBay, dimana papyrus-papyrus kuno dilelang secara rutin), mencampur tinta dari resep-resep kuno, dan menuliskan teks Koptik dengan baik, khususnya jika dia punya keahlian ilmu.
Kurang dari sehari sesudah artikel itu dipublikasikan, lebih banyak dokumen-dokumen lainnya muncul dan mengungkap adanya manuskrip Yunani palsu, yang oleh pemiliknya diposting di websitenya dan sebuah blog yang di dalamnya istri sang pemilik berbicara mengenai usaha memperbaiki sebuah Injil Kristen abad kedua, proyek yang nampaknya berasal dari fragmen-fragmen sisa dari manuskrip itu.
Petang hari tanggal 16 Juni, sesudah membaca artikel The Atlantic dan mempelajari pemalsuan yang berhubungan dengan asal-usul papyrus, Profesor Karen King yang selama ini menjadi pembela keaslian Injil Istri Yesus, mengakui kepada The Atlantic bahwa fragmen itu nampaknya palsu dan bahwa pemiliknya berbohong kepadanya. King mengakui dia tidak pernah menyelidik latar belakang Fritz atau berusaha menyelidiki keaslian dokumen-dokumen pendukung asal-usul papyrus. Bukti baru "membalikkan keadaan yang mengarah kepada pemalsuan," kata King .
7. Keaslian Alkitab.
Argumen terbaik dalam mendukung Yesus sebagai orang yang pernah hidup, tentu saja, Alkitab itu sendiri. Sinoptik Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes dianggap oleh para sarjana telah ditulis oleh empat dari murid-murid Kristus di dekade setelah penyaliban-Nya. Masih ada Injil lain, tidak pernah dikanonisasi tapi ditulis oleh teman dekat-sezaman Yesus semua sama.
Orang Kristen seringkali menyebut kitab-kitab kanonik di dalam Alkitab/Bible seperti Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes dengan sebutan Injil. Namun demikian, apakah kitab-kitab tersebut benar-benar merupakan Kitab Suci Injil yang diturunkan oleh Allah dan diajarkan oleh Nabi Isa/Yesus kepada umat Israel.
Keterangan dari ketiga kitab kanonik tersebut (kecuali Yohanes), yang kemudian dikenal dengan sebutan kitab-kitab sinopsis karena seringkali berisi cerita yang sama tentang Yesus
Sementara itu, Yesus diduga "disalib" pada pertengahan masa pemerintahan Pontius Pilatus, atau sekitar tahun 30 M. Asumsi ini didasarkan pada kurun waktu Pontius Pilatus menjadi pejabat gubernur Yudaea dari tahun 26 hingga 36 M.6 Pontius Pilatus konon menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi untuk disalibkan.7 Jadi, antara Injil yang diajarkan oleh Yesus dengan kitab sinopsis pertama (Markus) berjarak sekitar 40 tahun!
Jelasnya, keterangan dari kitab-kitab sinopsis di atas membuktikan bahwa kitab-kitab kanonik yang diduga Injil itu bukanlah Kitab Suci Injil yang sebenarnya, tetapi merupakan kitab-kitab biografi tentang Yesus yang memiliki nilai seni tertentu pada masa penulisannya. Sedangkan Kitab Suci Injil yang diajarkan oleh Yesus kepada umat Israel jelasnya sudah hancur oleh sekelompok tangan-tangan umat Israel sendiri.
Pada Bab Kedua (hlm. 31-42), Curt Fletemier memuji otentisitas kitab Injil dalam Alkitab (Bibel). Menurutnya, saat ini umat Kristen memiliki lebih dari 5.300 naskah kuno Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani. Sebelumnya sudah ada 15.000 salinan naskah kuno lainnya yang pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Syria dan Koptik. Ada 268 naskah kuno dengan huruf besar, di antaranya berasal dari abad kelima dan abad-abad setelahnya.
Untuk lebih meyakinkan pembaca, Curlt mengurai sejarah penulisan Alkitab berbagai naskah: Codex Vaticanus, Codex Sinaiticus, Codex Alexandrianus, Codex Ephraemi, dan Codex Bezae. Setelah puas memamerkan sejarah Alkitab, penulis menutup Bab Kedua itu dengan kesimpulan singkat: “Dengan memberikan bukti-bukti dari bapak-bapak gereja, kita dapat dengan yakin mengatakan bahwa kita memiliki bukti-bukti teks yang lebih baik untuk kelayakan kitab-kitab Perjanjian Baru. Betapa hebat pujian Curlt Fletemier terhadap buku yang bernama Bibel.
Namun pujian ini runtuh seketika dalam Bab Ketiga. Curlt sendiri yang menjatuhkan wibawa Alkitab dengan kalimat sbb:
“Perubahan Ejaan dan Kesalahan Penulis: Oleh karena suatu bahasa mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu, maka ejaan sebuah kata dapat saja berubah. Kadangkala seorang Ahli Kitab yang sudah letih dapat membuat kesalahan ejaan atau membuat salinan satu kata yang sama sampai dua kali. Dari 200.000 atau sekian banyaknya kata-kata dalam Perjanjian Baru, bisa terdapat 8.000 kemungkinan perbedaan semacam ini”.
Pengakuan Curlt tentang adanya ribuan kesalahan penulisan Bibel patut diapresiasi. Memang tak ada yang bisa dibanggakan dari kemajuan penerjemahan Alkitab ke dalam ratusan bahasa di seluruh dunia. Karena upaya mempertahankan otentisitas Alkitab (Bibel) terhalang oleh fakta, bahwa naskah asli Alkitab yang disebut “autographa” sudah hancur dimakan umur.
Beberapa Hal yang menjadi perdebatan adalah Saksi Yehovah dalam majalah mereka AWAKE! Tanggal 8 September, muncul judul 50.000 kesalahan dalam Bibel. Dituliskan saat itu terdapat kira-kira kesalahan dalam Bibel, kesalahan yang telah di sisipkan kedalam Bibel 50.000 kesalahan yang begitu serius ,sebagian besar dari apa yang disebut kesalahan.Rev David J Fant dari New York Bible Society, mengakui bahwa naskah asli Alkitab telah hilang: “The question naturally arises, do any of the original manuscripts of the Bible still exist? The answer is No. The original manuscripts were on papyrus and other perishable materials and have long since disappeared” (Simple Helps and Visual Aids to Understanding The Bible, hlm. 6).
Artinya: Persoalan yang biasanya ditanya, adakah naskah-naskah asli Alkitab (Bibel) masih ada hingga kini? Jawabannya tidak.
Naskah-naskah asli di atas papirus dan bahan-bahan lain yang mudah rusak semuanya telah lama hilang. Karena naskah aslinya sudah punah, maka upaya yang dilakukan oleh para ilmuwan Kristen adalah menyalin salinan yang lebih tua dan menerjemahkan dari bahasa yang satu ke bahasa lain. Dalam proses revisi dan terjemahan yang demikian panjang itu, otentisitas Alkitab sama sekali tidak terjamin, akibat bergesernya ayat dari versi yang lebih tua ke versi yang lebih muda usianya. Semakin banyak terjemahan dan revisi, maka semakin jauh berbeda dari kebenaran kitab suci yang asli.
Bahkan dalam banyak kasus yang terjadi, komentar atau catatan kaki (footnote) dalam versi Alkitab kuno, ternyata dalam versi Alkitab yang baru catatan kaki tersebut naik pangkat menjadi ayat yang resmi. Contohnya adalah kitab I Yohanes 5: 7-9
Maka banyak para pakar kristologi maupun lainnya yang jujur
dan adil telah meneliti dengan benar, terungkap sudah bahwa Injil yang ada
adalah rekayasa Paulus dari Tarsus yang pura-pura mendapatkan mandat dari Yesus
untuk menyebarkan agama Kristen, sehingga menimbulkan pertanyaan.
Sebab Saulus sendiri telah menyatakan terus terang bahwa
agama Kristen adalah buatannya dan bukan agama Yesus sebagaimana tertulis dalam
suratnya. "Aku yang menanam Apolos, yang menyiram, tetapi Tuhan yang
membeir pertumbuhan " (I Korintus 3:6).
"Ingatlah ini, Yesus Kristus yang telah bangkit dari
antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang
kuberitahukan dalam Injilku." (II Timotius 2:8).
Sebagaimana yang sudah diketahui, bahasa yang di pakai oleh
Yesus sehari-hari adalah bahasa Aram. Lalu mengapa Injil bahasa Aram tidak ada
(atau di musnahkan), kemudian berubah menjadi Injil bahasa Yunani.
Mengapa Injil Matius,Lukas, dan Markus terdapat banyak
kesamaan, sehingga di sebut Injil
synopsis ? sehingga Injil Yahya (Yohanes) sangat berbeda.
itulah 7 Hal perdebatan yang saya rangkum dalam satu artikel, dan semoga artikel ini bisa menjadi bahan bacaan yang bisa menambah wawasan dan informasi bagi yang membaca. maaf jika ada Kata - kata dalam penulisan ada yang salah. terima kasih ---
Source :
3. http://edition.cnn.com/2015/03/23/living/jesus-true-cross/
11. http://www.livescience.com/51954-gospel-of-jesus-wife-origins.html
12.http://www.ghanaweb.com/GhanaHomePage/NewsArchive/50-000-Errors-and-Biblical-contradictions-190303
13. http://rationalwiki.org/wiki/Biblical_scientific_errors14. http://skepticsannotatedbible.com/science/long.html
BONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN
BalasHapusBONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN
BONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN
BONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN
BONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN
BONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN BONUS HARIAN
|BCA | MANDIRI | BNI | BRI | DANAMON |
Kami menerima Transaksi di Semua Bank Nasional + Daerah
WhastApp : 0812-9608-9061
Lnk : WWW. POKERAYAM. TOP
Sedangkan Kitab Suci Injil yang diajarkan oleh Yesus kepada umat Israel jelasnya sudah hancur oleh sekelompok tangan-tangan umat Israel sendiri.
BalasHapusSejak kapan Injil ditulis pada masa Yesus 🤣🤣🤣🤣
Penulis kurang pengetahuan yah🤣🤣
Injil itu dituliskan berdasarkan saksi hidup Yesus yakni para rasul dan saksi saksi hidupNya, dan kenapa injil itu ditulis itu karena karena saksi hidup Yesus sudah mulai berkurang.
Bukan semua orang israel itu percaya kepada Yesus.Mereka percaya kepada Illah/Allah tetapi tidak mengenal bahwa Yesus lah Allah itu sendiri sehinggakan sesetengah orang israel tidak mau menerima pengajaran/tidak mau percaya kepada Yesus,kerana mereka hanya mengaggap Dia sebagai orang biasa.Tetapi,walaupun begitu masih ada orang,iaitu murid-muridNya yang telah menulis kisah Yesus.Dan apa yang Yesus katakan itu adalah sangat benar. Dan,hanya orang yang dipilih untuk diselamatkan sahaja yang dapat menerima pengajaran Yang diajarkan oleh Yesus,kerana Dialah satu-satunya Jalan keselamatan dan Jalan Kebenaran.
HapusPikirkanlah..kamu sendiri pun tidak pasti bahwa kamu akan selamat atau tidak.Kerana,Nabi yang kamu andalkan itupun masih di dalam api penyucian..pikirkanlah.Jadi,jika kamu tidak mau kepercayaan kamu diserang,jangan serang kepercayaan orang lain.Masih ada banyak kepercayaan-kepercayaan di dunia ini.Jadi lebih baik untuk untuk tidak menyerang daripada menyerang
HapusKami mengasihi kamu,kerana Tuhan Yesus juga mengasihi kita sangat
Hapus